Tuesday, October 2, 2007

Sampah Adalah Masalah Bersama

Sampah merupakan sesuatu hal yang remeh atau tidak bermakna dalam keseharian kita. Setiap hari masyarakat yang terus melakukan aktivitas yang mana mau tidak mau harus membuang sampah. Entah dari kemasan makanan atau minuman yang tak layak pakai atau sisa-sisa makanan yang tak digunakan lagi harus dibuangnya.
Lingkungan yang masyarakatnya kurang sadar akan bahaya menumpuknya sampah tentu akan menerima akibatnya. Banjir karena tersumbatnya aliran sungai adalah buah dari kesalahan manusia itu sendiri dalam membuang sampah secara sembarangan. Banyak fenomena dalam sehari-hari dijalan raya kota besar dimana tangan yang keluar dari jendela mobil mewah membuang sampah seenaknya. Buang hajat disertai membuang barang-barang rongsokan disepanjang hilir sungai mengakibatkan berbagai penyakit. Masyarakat yang hidup atau bermukim dipinggir kota besar disepanjang hilir sungai dengan buang sampah sembarangan merupakan epidemi penyakit dari penumpukan sampah. Tercemarnya air bersih karena tumpukan sampah juga menimbulkan masalah besar. Ini tentunya bencana datang tidak hanya banjir menerpa ketika musim hujan datang, tetapi penyakit diare, muntaber, serta demam berdarah semakin menjadi-jadi. Dan air sebagai sumber kehidupan utama kedua setelah udara butuh perlindungan dan penanggulangan secara serius.
Tanggung jawab pemerintah ?
Peran Pemerintah Daerah dalam hal ini dinas kebersihan memiliki tanggung jawab dalam mengatasi masalah sampah. Kebersihan kota adalah harapan bagi semua masyarakat. Karena kebersihan juga merupakan pangkal kesehatan. Artinya lingkungan yang bersih harus bebas dari pencemaran lingkungan. Menghindari adanya pencemaran lingkungan pemerintah dalam mengendalikannya sangat diharapkan. Artinya pemerintah harus mampu memberikan pelayanan kepada publik sebaik mungkin. Sosialisasi terhadap penanggulangan sampah ke masyarakat adalah pekerjaan mereka (dinas kebersihan Pemda). Memang selama ini pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang mengenai pelarangan membuang sampah sembarangan. Tetapi dalam hal ini pemerintah dalam pelaksanaan dan pengawasannya kurang bahkan tidak sama sekali. Sehingga kesadaran masyarakat dalam penaggulangan dan membuang sampah belum terkonstruksi dengan baik. Memang kebijakan dengan mempekerjakan tukang sampah atau biasa disebut pasukan kuning dipemukiman warga sedikit memberi jawaban. Artinya warga sedikit demi sedikit membantu dalam pekerjaan pasukan kuning tadi. Sosialisasi dalam pemisahan sampah organik dan non organik mampu memberikan masukan kepada masyarakat dengan mengurangi pekerjan pasukan kuning dalam mengolah sampah. Disetiap kampung-kampung harusnya disediakan bak sampah terpisah dengan dua warna, yakni warna biru untuk sampah basah sedangkan warna kuning untuk sampah kering. Masalah ini tidak berhenti disini saja, tetapi kita harus memahami masalah lainnya, yakni sempitnya lahan untuk tempat pembuangan akhir (TPA). Yang mana lahan ini semakin lama mengalami penyempitan. Dan ini patut menjadi perhatian pemerintah bahwa perencanaan untuk penanggulangan sampah harus seoptimal mungkin. Dari kesemuanya merupakan wilayah yang dimiliki oleh pemerintah dalam kekuasan mengatur dan menetapkan kebijaksanaannya.
Dibutuhkannya partisipasi masyarakat
Menurut sumber data mengenai volume sampah sebagai berikut, pasar sebesar 79,19 , permukiman 8,6 , industri 6,86 , toko/hotel 2,46 , fasilitas umum 0,62 , sapuan jalan 0,62 , perkantoran 0,17 , lain-lain 1,3  (Kompas, 29/07/04). Pasar yang memiliki volume terbesar dalam hal pembuangan sampah memerlukan perhatian khusus, karena dalam hal ini pasar merupakan aktivitas transaksi yang menyisakan sampah dari masyarakat. Masyarakat sebagai aktor utama dalam pembuangan sampah, harus menyadari bahwa sampah adalah masalah bersama yang harus ditanggulangi. Pemerintah, masyarakat, LSM, dan aktivis lingkungan sama-sama memikirkan penaggulangan sampah. Kesemuanya diharapkan dapat kooperatif untuk menghindari bencana yang berdampak lingkungan. Penanggulangan permasalahan disini harus pandai melihat proposisinya. Tantangan yang dihadapi adalah banjir ketika musim penghujan. Masalah kesehatan yakni penyakit diare, muntaber, demam berdarah karena tergenangnya air banjir. Yang lebih berbahaya lagi ialah meluapnya air sungai sehingga dapat mengakibatkan longsor yang dihuni rumah dipinggir sungai. Karena sungai tidak mampu menampung air dari saluran drainase (Kompas,21/10/04). Secara umum bencana ini akan mengakibatkan kerugian besar secara materi maupun korban jiwa. Maka pengelolaan lingkungan akan berjalan dengan baik bilamana fungsi lingkungan ini tidak mengalami krisis kerusakan. Teknologi dan ilmu pengetahuan dapat dikembangkan sebagai solusi mengatasi sampah namun bukan yang utama.
Manusia adalah lingkungan hidup
Dalam bukunya Pembangunan Berwawasan Lingkungan Emil Salim menguraikan bahwa Manusia menjadi bagian dari lingkungan hidup, ia mengakui hubungan timbal balik antara langkah perbuatan diri manusia dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam sekitarnya. Menyadari ini semua merupakan cita-cita yang mulia dalam melindungi lingkungan sekitar tanpa merusak sedikitpun. Rasa syukur atas nikmat Tuhan sang Pencipta Alam menengarai bahwa manusia adalah makhluk hidup yang diberi akal berhak memanfaatkan atas ciptaanNya. Karena sifat dasar keserakahan manusia maka terjadilah ekploitasi alam besar-besaran oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Sehingga hubungan baik antara alam dan manusia tidak harmonis. Manusia memperlakukan alam seenaknya tanpa memikirkan resiko kedepan. Sampah dibiarkan menumpuk segunung, sampah dibuang sembarang tempat sehingga menjadi kolam sampah, sampah tidak diolah yang semestinya dapat bermanfaat bagi tanaman.
Dari kesemuanya butuh belajar sedikit memahami untuk tidak merusak alam adalah modal yang berharga. Menanamkan nilai-nilai membuang sampah secara teratur sejak dini pada generasi mendatang merupakan langkah awal dalam pengolahan sampah. Sebab sampah yang tak bermakna ini jika tak dikelola dengan baik, sewaktu-waktu dapat menusuk kita dari belakang.
Namun yang lebih penting adalah kesadaran kita akan bahaya membuang sampah sembarangan. Sebab kitalah (masyarakat) aktor utama dari sumber pembuang sampah paling banyak dari pada makhluk lain. Maka cintailah lingkungan kita bersama-sama. Karena kita bagian dari lingkungan hidup serta kebersihan merupakan bagian dari iman.